
“Lin, kamu jangan asyik sama boy, nanti kamu no waktu study.” JJ menegur perhatian, “hei…ini my personal tau, kamu jangan pandai2.” “Sudahlah JJ, jangan ambi hati,” kata Ayu yang kebetulan berada disitu.
“Boy, mari jalan-jalan ke Mall, Lin bosan ni, kita tengo Wayang.” Bagi mereka Mall, jalan2, Wayang, menjadi kegiatan rutin.
Di kelas, JJ memandang Lin, dalam hatinya berkata, “Lin kau silap mengatur hidupmu, cinta membuat kamu mabuk kepayang. Kalau kamu tidak hati-hati, pelajaranmu pasti hancur.”
JJ, Ayu, Wong, Sue, dan Lin adalah kawan sejak kecil lagi, tapi sekarang, mereka kehilangan satu teman belajar.
Peperiksaan SPM tidak lama lagi, but tidak ada tanda-tanda bahwa Lin mahu menumpuhkan perhatian pada pelajaran, mereka asik berpacaran saja, dimana ada Boy, di situ ada Lin.
JJ memanggil Wong, Ayu, Sue, “hei, mari kita panggil Lin, kita nasihati dia habis-habis, apa pendapat you all.” “sia-sia saja,” kata Sue, dengan nada kecewa.
“Lin, ke mari, kami mau bicara,” kata Ayu bersemangat. “Dengar, peperiksaan sudah dekat, Lin tidak mahu studykah dengan kami?” “Maaf ya, kawan2, I sibuk ni,” Lin bergegas ke arah Boy yang menunggu.
“Kita berdoalah, semoga Lin mendapat pencerahan dari Tuhan. Kata Ayu kecewa. Waktu peperiksaan, Lin menjauhkan diri dengan JJ dan kawan yang lain, dia tahu, apa yang dia buat adalah salah, tapi apakan daya , nasi sudah menjadi bubur.
JJ, Ayu, Wong, Sue, meneruskan pendidikan mereka di Universiti. Lin dan Boy gagal, bukan mereka tidak pandai, tetapi mereka tidak ada waktu untuk belajar.
“Lin, kamu masih ada kesempatan, belajar lagi, saya percaya, kalau kamu bersungguh2, kali ini kamu pasti berjaya.” JJ, mendorong Lin melalui HPnya.
“Aku menyesal JJ, menyesal sekali, kalau saja aku ikut nasihat kamu, pasti tidak seperti ini,” “sudahlah,” JJ memujuk Lin supaya berhenti menangis.
“Aku berjanji JJ, kali ini aku belajar bersungguh2. Aku mau seperti kamu…”