Tuesday, May 22, 2007

JADILAH PERIBADI YANG EFEKTIF


HARI-hari ini kita mungkin menghadapi beberapa masalah atau banyak masalah. Bagi yang memiliki kekayaan, mungkin permasalahannya adalah investasi kenapa rugi terus atau bahkan bingung ke mana akan melakukan investasi dan lain sebagainya. Sementara bagi yang kurang beruntung mungkin menghadapi masalah seperti gaji tidak cukup, tabungan semakin menipis, banyak utang dan lain sebagainya. Usaha tidak pernah putus tapi mengapa permasalahan yang timbul tidak terselesaikan atau bahkan semakin banyak. Hidup seolah-olah menjadi beban.

Bagaimana sebaiknya kita menyikapi dan menghadapi semua itu? Mungkin ada baiknya kita berintrospeksi sejenak dan merenungkan mengapa semua itu terjadi. Ada baiknya kita mencoba untuk mengurai benang kusut permasalahan yang ada dalam diri kita dengan menggunakan hasil pemikiran seorang ahli mengenai kepribadian, Stephen Covey. Dalam bukunya "The 7 Habits of Highly Effective People" Covey menguraikan beberapa hal penting sebagai berikut :

-Bezanya orang efektif dengan orang tidak produktif bukan terletak pada apa yang mereka miliki, tetapi kebiasaan-kebiasaannya.

-Watak seseorang terbentuk dari kebiasaan-kebiasaannya. Seperti kata pepatah lama "Siapa menanam akan menuai". Dalam alam bawah sadar, kebiasaan - kebiasaan akan membentuk dan mengubah watak. Cobalah renungkan beberapa ayat berikut ini

Taburlah pemikiran, maka kita akan menuai tindakan
Taburlah tindakan, maka kita akan menuai kebiasaan
Taburlah kebiasaan, maka kita akan menuai watak
Taburlah watak, maka kita akan menuai nasib

-Kebiasaan sesungguhnya berasal dari fikiran yang ada di kepala kita atau paradigma. Paradigma adalah sudut pandang yang terbentuk oleh pengalaman hidup, pendidikan maupun latar belakang kita. Paradigma inilah yang menentukan bagaimana kita memandang dan mengertikan dunia ini, dan dengan demikian menentukan bagaimana kita bereaksi dan bersikap terhadapnya. Pemahaman ini akan mengantar kita kepada bagaimana orang lain memandang persoalan yang sama dengan cara pandang yang berbeza. Seperti bentuk seekor gajah yang dilukiskan oleh beberapa orang buta. Orang-orang buta tersebut akan menjelaskan bentuk gajah sesuai dengan apa yang dipegangnya. Begitulah kenyataan dalam hidup ini. Hindarkanlah sikap menyalahkan orang lain kalau sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan harapan.

-Adanya kenyataan hukum alam mengenai kematangan. Seperti seorang bayi yang berkembang dari ketergantungan pada orang tuanya menjadi mandiri dan akhirnya mencapai kematangan. Dalam proses kematangan seseorang, dari tahap ketergantungan (dependent) menjadi kemandirian (independent) dan kemudian saling tergantung (interdependent) ada kebiasaan-kebiasaan yang perlu dikuasai supaya seseorang dapat menjadi sangat efektif.

Kebiasaan Menjadi Orang yang Efektif

Stephen Covey menyatakan ada tujuh kebiasaan yang perlu dan sebaiknya dimiliki setiap orang. Tiga Kebiasaan pertama yang berkaitan dengan penguasaan diri atau kemandirian yakni :

1. Bersikap proaktif

Bersikap proaktif tidak cukup hanya dengan mengambil inisiatif namun juga bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya. Seorang yang proaktif memiliki kebebasan memilih sendiri keputusan-keputusannya dan bertanggung jawab akan akibat dari keputusannya itu. Sedangkan seorang yang reaktif (kebalikan dari proaktif) sikapnya berdasarkan kondisi atau sikap orang lain. Ia tidak merasa bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya sehingga selalu menyalahkan keadaan atau orang lain.

Di bawah ini adalah contoh-contoh sikap dan pernyataan orang yang reaktif dan proaktif.

2. Berpikirlah dalam setiap tindakan.

Cobalah untuk selalu berpikir sebelum melakukan sesuatu dan tentukan apa yang ingin kita raih dalam setiap tindakan kita. Seperti akan membangun rumah, tentunya kita akan memikirkan terlebih dahulu seperti apa bentuk rumah, berapa bilik yang diperlukan, untuk apa kita membangun rumah dan lain sebagainya.

3. Utamakan yang utama.

Biasakan mengelola skala prioritas. Kita harus dapat membezakan apa yang penting (important) dan apa yang mendesak (urgent). Hal-hal yang mendesak selalu "menyerang" kita, dan biasanya kita bereaksi terhadapnya. Waktu kita banyak yang habis untuk mengurusi hal-hal yang mendesak ini, dan seringkali melupakan hal-hal yang justru penting. Orang yang efektif pandai menggunakan waktunya untuk mengelola hal-hal yang penting, dan sikapnya yang proaktif akan mengurangi timbulnya hal-hal yang mendesak.

Setelah ketiga kebiasaan di atas dapat kita lakukan maka kemandirian dapat kita raih. Sehingga langkah selanjutnya adalah memahami kebiasaan selanjutnya untuk menjadi orang yang efektif adalah:

4. Berpikir dan bersikap menang-menang.

Menang-menang (win-win solution) adalah suatu sikap mental untuk mencari keuntungan bersama.

Ada empat kemungkinan dalam interaksi antarmanusia yaitu :

a. Menang-kalah.

"Kalau saya menang, orang lain harus kalah". Sikap seperti ini akan memicu segala sesuatunya menjadi persaingan dan setiap kemenangan harus menyebabkan kekalahan pihak lain.

b. Kalah-menang.

Kalah-menang adalah mentalitas orang kalah yang selalu menurut terhadap keinginan pihak lain. "Apa sajalah, yang penting damai". Ini lebih buruk daripada sikap menang-kalah karena sama sekali tidak mempunyai pendirian atau keberanian untuk menyatakan keyakinannya. Mengalah terus-menerus adalah bukan sikap yang seharusnya.

c. Kalah-kalah.

Kalah-kalah terjadi manakala terdapat dua pihak yang keras kepala, egois dan bersikap mau menang sendiri bertemu. Hal itu dapat mendorong terjadinya permusuhan dan peperangan. Kita dikuasai oleh dorongan untuk mengalahkan pihak lain, bahkan tanpa peduli akan kerugiannya sendiri.

d. Menang-menang.

Menang-menang adalah falsafah yang sangat dianjurkan Covey dalam hubungan antarmanusia. Yaitu, mencari terus-menerus akan manfaat timbal-balik dalam setiap interaksi. Dengan menganut paradigma ini, seseorang tidak akan bahagia kalau pihak lainnya tidak bahagia juga. Hidup ini dipandang sebagai kerja sama bukan sebagai permusuhan. Mentalitas menang-menang ini baru dapat dilakukan bila kita mempunyai prinsip pemikiran bahwa segala sesuatunya itu berlebihan sehingga tidak perlu kita mematikan orang lain untuk mendapatkan keuntungan. Orang yang memiliki sikap menang-kalah didasari pemikiran bahwa seolah-olah segala sesuatunya itu terbatas sehingga harus diperebutkan, jika perlu dengan mengalahkan pihak lain. Akibatnya terjadilah adegan "siku-menyiku".

5. Cobalah untuk terlebih dahulu mengerti orang lain sebelum dimengerti orang lain.

Kita seringkali melihat dunia dari cara pandang kita sendiri dan bukan sebagaimana adanya. Persepsi kita dibentuk oleh pengalaman-pengalaman kita, dan seringkali hal ini membatasi kita. Tantangan untuk memecahkan perbezaan pendapat adalah dengan mencoba mengerti sudut pandang atau paradigma orang lain terlebih dahulu. Seandainya kita dapat mengerti secara penuh seseorang, maka akan lebih mudah untuk mencapai suatu kesepakatan. Seringkali memaksakan kehendak kita secara emosional tidak akan produktif bahkan sebaliknya akan bersifat tidak produktif

6. Wujudkan sinergi.

Sinergi bukan berarti 1 + 1 = 2. Sinergi akan tercipta manakala 1+1= lebih besar dari 2. Sinergi adalah hasil dari mendorong orang-orang yang berbeza namun dapat saling memberi sumbangannya berdasarkan kekuatan masing-masing sehingga hasilnya akan lebih besar dibandingkan bila dikerjakan sendiri-sendiri. Sinergi adalah pendekatan yang paling efektif untuk memecahkan persoalan daripada sikap yang tidak mau mengalah. Sinergi adalah kebiasaan untuk mewujudkan kerja sama dan mencari alternatif-alternatif baru yang jauh lebih besar.

7. "Asahlah gergaji" atau biasakan melakukan pengembangan diri.

Istilah "asahlah gergaji" berasal dari kisah dua orang tukang kayu. Orang pertama terus menggergaji dan merasa terlalu sibuk untuk berhenti sebentar. Sementara orang kedua berhenti sesekali untuk mengasah gergajinya. Ternyata justru orang kedua ini mencapai hasil lebih banyak dan lebih baik. Seorang yang efektif akan melakukan kebiasaan-kebiasaan untuk mengembangkan pertumbuhan pengetahuan, mental, spiritual, maupun ketahanan fisiknya. Seorang yang efektif percaya bahwa dengan pengembangan diri itu kita dapat lebih produktif dan efektif serta efisien.

Akhirnya pertanyaan yang harus kita tujukan kepada diri kita sendiri adalah "Sudahkah kita menjadi orang yang efektif?" . Luangkanlah waktu dan cobalah untuk merenung barang sejenak. Kita berharap semoga kita dapat menjawab dengan berkata, "YES".

Sumber: Stephen Covey. Dalam bukunya "The 7 Habits of Highly Effective People"