Perubahan pikiran dan hati seringkali bersifat subyektif, karena tidak ada seorangpun yang dapat melihat dengan jelas isi hati dan pikiran seseorang. Ada pepatah, “Dalamnya lautan bisa diukur, namun siapa yang dapat mengukur dalamnya hati dan pikiran manusia?” Oleh sebab itu, bertobat bukan hanya berarti perubahan pikiran dan hati, tetapi juga perubahan hidup (change of life). Apa yang nampak dalam kehidupan sehari-hari dari orang yang telah bertobat seharusnya memancarkan apa yang ada di dalam hati dan pikirannya.
Orang yang bisa beracting, pura-pura baik untuk dinilai orang sebagai orang yang telah bertobat saja belum tentu sudah benar-benar bertobat – seperti kemunafikan orang Farisi – apalagi yang dalam kehidupan sehari-harinya sama sekali tidak mencerminkan orang yang telah bertobat, mana mungkin memiliki hati yang sudah diubah, atau bertobat. Oleh sebab itu, Yesus berkata, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”