Wednesday, January 7, 2009

MENJADI PEMENANG KEHIDUPAN DI TAHUN BARU 09


1Samuel 17: 26-28; 32-37; 45-47

1. Pernahkah Anda memasuki wahana permainan rumah hantu? Berjubelan orang ingin memasuki wahana itu. Semua antusias ingin segera masuk dan mendapatkan petualangan yang baru. Tapi, begitu selangkah masuk menembus kegelapan, hati sudah merasa was-was, dan bertanya : apa yang akan terjadi? Apa yang akan saya lihat? Tidak jarang ada yang lari tunggang langgang balik kanan karena ketakutan

2. Kira-kira begitulah sikap orang menyambut tahun yang baru. Semua orang antusias ingin segera meninggalkan 2008 yang mungkin penuh dengan kegagalan dan air mata. Pingin segera memasuki tahun 2009. Semua ingin menyambut 2009 ini dengan perayaan atau sekadar meniup terompet. Tetapi, belum saja kita masuk, maka sudah ada begitu banyak tanya tanya : bagaimana nanti 2009? Analisa, prediksi dan ramalan berjubelan mengisi koran atau tabloid yang menunjukkan rasa penasaran sekaligus was-was kita dalam menyambut tahun yang baru.

3. Gembira tetapi juga was was. Sukacita tetapi juga waspada. Berharap tetapi juga cemas mungkin itulah perasaan yang bercampur baur di hari terakhir tahun 2008 ini. Di tengah perasaan yang campur aduk itu, dengarkanlah firman Tuhan : Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan. Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebuah janji Tuhan yang memberikan penegasan bahkan di dalam situasi yang paling sulit sekalipun, kita akan muncul lebih daripada orang-orang yang menang.

4. Bagaimana agar janji Tuhan bahwa kita lebih dari orang-orang yang menang terpenuhi dalam kehidupan kita? Kita perlu memahami natur/sifat janji Tuhan. Kasih Tuhan memang tidak bersyarat, tetapi janji-Nya bersyarat. Alias ada yang menjadi tugas kita untuk memenuhi syarat tertentu. Mari kita belajar tentang karakteristik / ciri-ciri seorang pemenang kehidupan dari pertempuran paling bersejarah di dalam hidup orang Israel : Daud melawan Goliat.

5. Ada tiga ciri seorang pemenang kehidupan :
Pertama, Seorang pemenang memiliki modal kenangan baik atas pekerjaan Allah di masa lampau.

6. Perhatikan situasi sulit yang dihadapi oleh orang Israel pada waktu itu. Mereka berhadapan berperang melawan orang Filistin, dan seorang Filistin yang bertubuh raksasa menanantang orang Israel untuk berduel. Tantangan yang yang menyebabkan Saul dan orang Israel mengalami kecemasan dan ketakutan. Betapa ketakutan selalu menjalar dengan cepat dalam kehidupan ini. Dan selama 40 hari, ketakutan itu masih dialami orang Israel. Tidak ada seorang pun yang berani maju menantang Goliat, walaupun Saul sudah menjanjikan bahwa siapapun yang mengalahkan Goliat akan mendapatkan kekayaan besar, menjadi menantu raja, dan dibebaskan dari pajak.

7. Tiba-tiba muncullah Daud dengan keberanian yang besar hendak menghadapi Goliat. Dari mana keberanian ini muncul? Perhatikanlah perkataan Daud : TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu. Daud menjadi berani, karena ia mempunyai modal. Modalnya adalah kenangan yang baik akan pekerjaan Tuhan di masa lalu. Daud mempunyai museum di dalam pikirannya yang menyimpan pertolongan-pertolongan Tuhan di masa lampau. Dan kenangan atas pertolongan Tuhan di masa lalu adalah modal utama seorang pemenang kehidupan.

8. The Gift of the Magi karya O'Henry mengisahkan tentang sepasang suami-istri yg miskin. Pada Natal pertama mereka, keduanya ingin saling memberi hadiah. Sang istri memiliki rambut panjang yang indah. Sang suami memiliki jam saku yg bagus. Pada hari Natal, si istri memberikan hadiah rantai emas pada suaminya, untuk dipasang di arlojinya, sementara sang suami memberikan sisir indah untuk istrinya. Sayangnya, sang istri telah memotong dan menjual rambutnya untuk membeli hadiah bagi suaminya. Dan sang suami telah menjual jam sakunya demi membeli hadiah bagi istrinya.

9. Apakah mereka berdua ribut setelah peristiwa ini? Tidak mereka malah menyimpang rantai emas dan sisir itu sebagai sebuah kenangan yang manis akan cinta mereka. Setiap kali mereka menghadapi masalah, mereka akan melihat kembali rantai emas dan sisir sebagai sebuah kenangan yang memberikan kekuatan.

10. Mari kita buat sebuah monumen di dalam pikiran kita untuk mengenang kasih Tuhan. Mari kita hitung berkat Tuhan di sepanjang tahun yang sudah berlalu. Saya tahu pasti ada kesulitan dan kesukaran, tapi tidaklah mungkin sama sekali kita tidak mendapatkan berkat Tuhan. Berkat Tuhan tidak selalu muncul dalam bentuk yang spektakuler, tapi selalu ada berkatnya setiap hari. Firman Tuhan berkata," Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu." Mari kita kumpulkan modal untuk menjadi seorang pemenang kehidupan : kenangan yang manis akan pekerjaan berkat Tuhan di masa lalu. Modal yang membuat kita yakin bahwa Tuhan yang telah bekerja di dalam masa lalu kita, Tuhan yang sama yang terus bekerja di masa kini dan di masa depan.
Kedua, Seorang pemenang kehidupan selektif dalam mendengarkan perkataan orang-orang di sekitarnya.

11. Ketika Daud datang ke medan pertempuran, dan bertanya apa yang sedang terjadi, ia mendapatkan jawaban gambaran situasi yang terjadi dari para prajurit. Tiba-tiba Eliab, kakaknya yang tertua datang dengan jawaban yang melecehkan : Mengapa Engkau datang? Dan pada siapakah engkau tinggalkan kambing domba yang dua tiga ekor itu di padang gurun? Jawaban yang seolah-olah berkata : peperangan ini bukan urusanmu. Urusanmu hanyalah menggembalakan kambing dan domba. Jawaban yang merendahkan dan menyakitkan. Alkitab mencatat bahwa Daud tidak memberikan respons apa-apa terhadap perkataan ini. Saul pun bahkan memberikan komentar yang tidak menyenangkan dan meragukan Daud : "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit " Bahkan Goliat pun melecehkan ketika Daud mengajaknya berperang : "Anjingkah aku, maka engkau mendatangi aku dengan tongkat?" Daud tidak mendengarkan perkataan-perkataan yang melecehkan dan meragukan itu. Seorang pemenang adalah orang yang selektif dalam mendengarkan perkataan orang-orang di sekitarnya.

12. Suatu ketika seorang laki-laki beserta anaknya membawa seekor keledai ke pasar. Di tengah jalan, beberapa orang melihat mereka dan menyengir, "Lihatlah orang-orang dungu itu. Mengapa mereka tidak naik ke atas keledai itu?" Laki-laki itu mendengar perkataan tersebut. Ia lalu meminta anaknya naik ke atas keledai. Tak lama berselang, seorang perempuan tua melihat mereka, "Sudah terbalik dunia ini! Sungguh anak tak tahu diri! Ia tenang-tenang di atas keledai sedangkan ayahnya yang tua dibiarkan berjalan." Jadi kali ini, anak itu turun dari punggung keledai dan ayahnya yang naik.

13. Beberapa saat kemudian mereka berpapasan dengan seorang gadis muda. Melihat si anak yang kelelahan berjalan kaki, si gadis mengusulkan "Mengapa kalian berdua tidak menaiki keledai itu bersama-sama?" Mereka pun menuruti nasehat gadis muda itu. Mereka berdua naik di atas keledai.

14. Tak lama kemudian sekelompok orang lewat. "Binatang malang.... ia menanggung beban dua orang gemuk tak berguna. Kadang-kadang orang memang bisa sangat kejam!" Sampai di sini, ayah dan anak itu sudah muak. Mereka memutuskan untuk memanggul keledai itu. Melihat kejadian itu, orang-orang tertawa terpingkal- pingkal, "Lihat! Orang-orang bodoh yang memanggul keledai!" sorak mereka.

15. Di dalam hidup kita, kita akan selalu mendengar perkataan orang terhadap diri kita. Apapun yang kita lakukan, selalu ada orang-orang yang berkomentar negatif tentang hal itu. Tidak mungkin kita dapat menyenangkan orang di sekitar kita. Kalau kita membiarkan diri kita diombang-ambingkan oleh perkataan orang lain, maka kita tidak akan pernah mencapai apapun dalam kehidupan ini. Seorang pemenang kehidupan selektif dalam mendengarkan perkataan orang-orang di sekitarnya.

16. Ketiga, Seorang pemenang kehidupan melangkah maju menantang kemustahilan.
Ketika Daud maju menantang Goliat, bukankah ia melangkah maju menantang kemustahilan? Bukankah orang-orang di sekitarnya saat itu mungkin akan berkata," Mustahil anak ini menang. Ia akan segera mati." Seorang pemenang berani menantang kemustahilan, bukan karena kemampuannya sendiri. Bukan seperti seminar motivasi yang berkata : Anda pasti bisa. Ayo katakan saya pasti bisa. Bukan menantang kemustahilan dengan kekuatan kita sendiri, tetapi, perhatikanlah perkataan Daud : "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu." Dan pertolongan Tuhan memang dinyatakan. Tetapi dinyatakan ketika Daud berani mengambil sikap dan langkah pertama untuk menghadapi kemustahilan. Kalau Daud tidak pernah melangkah maju, maka ia pun tidak akan pernah merasakan pertolongan Tuhan.

17. Perhatikan pintu-pintu utama di pusat perbelanjaan bekerja. Dari luar terlihat tertutup rapat. Tapi begitu ada orang yang menginjakkan kaki di depan pintu itu, maka pintu itu otomatis terbuka. Jika tidak ada orang yang menginjakkan kaki di depan pintu itu, tidak ada apapun yang akan terjadi. Demikianlah kadangkala cara Tuhan bekerja. Kuasa-Nya dinyatakan ketika kita mengambil langkah pertama. Inilah yang dialami oleh Daud, ketika Daud mengambil langkah pertama menantang kemustahilan, maka selanjutnya kuasa Allah bekerja. Jika Daud tidak pernah mengambil langkah pertama, maka kuasa Tuhan tidak bekerja. Bukankah hal yang sama sudah terjadi dengan para prajurit Israel? Karena ketakutan mereka tidak berani mengambil langkah pertama.

18. Ambil langkah pertama untuk menantang kemustahilan, maka pertolongan Tuhan dinyatakan. Di akhir tahun ini, mungkin Anda bertanya : mungkinkah pekerjaanku meningkat di tahun yang akan datang? Mungkinkah keluargaku dipulihkan di tahun mendatang? Mungkinkah saya sembuh? Dan di dalam Tuhan tidak ada kemustahilan. Tapi, tugas kitalah untuk mengambil langkah yang pertama untuk maju.

19. Mari kita menjalani tahun 2009 ini dengan sikap seorang pemenang kehidupan.


Written by Wahyu Pramudya