
Hidup itu akan menjadi sia-sia, apabila kita tidak mengembangkan semua potensi yang ia miliki. Potensi itu berupa bakat dan karunia rohani yang diberikan oleh Tuhan kepada kita, untuk diusahakan agar menjadi berkat kepada diri kita dan orang lain.
Pendidikan adalah alat yang Tuhan berikan untuk menolong kita mengenal dan kemudian mengembangkan bakat kita. Pandai dalam bidang tertentu merupakan bukti awal bahwa kita berbakat dalam bidang tersebut, dan kalau kita berusaha lebih keras, maka kita dapat mengembangkan sepenuhnya bakat yang Tuhan berikan itu.
Dengan bakat itulah kita memberkati diri kita dan orang lain. Tetapi, apa yang terjadi kalau kita malas belajar, tentu, kita juga gagal mengenal bakat kita, apalagi untuk mengembangkanya.
Inilah yang dimaksudkan dengan hidup yang sia-sia, kerana tidak menjadi orang yang dimaksudkan oleh Tuhan sesuai dengan bakatnya.
Karunia rohani juga demikian, apabila kita malas untuk mengenal dan mengembangkanya, maka kehadiran kita dalam masyarakat kristian menjadi sia-sia. Sia-sia kerana tidak memberikan sumbangan kepada pembanguna masyarakat kristian.
“Malas, malas, malas,” adalah slogan raja Iblis. Sayangnya slogan ini kita peluk erat-erat dalam hati dan kemudian menjadikanya tabiat yang dibangakan.
Hai pemalas, pergilah belajar kepada Semut dan perhatikanlah mereka berkerja keras untuk menyimpan makanan sebagai persiapan musim sejuk.
Apakah anda berkerja keras untuk mempersiapkan diri menjadi manusia yang dimaksudkan oleh Tuhan sesuai bakat dan karunia rohani?
Jangan sampai kita menjadikan hidup ini sia-sia.